Menanggapi
penyerangan Pos Polisi dan anggota Kepolisian Sektor Cikokol, Kota
Tangerang , Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar,
mengatakan bahwa dari temuan sementara kepolisian, pelaku
"terpengaruh dampak pemikiran radikal" akibat berinteraksi
dengan sejumlah pihak. Diduga kuat pelaku serangan bertindak
atas inisiatif sendiri.
"Belum
ada kaitan yang rinci apakah dia bergabung dengan orang-orang
jaringan teror, tapi dia pernah belajar agama di sebuah tempat di
daerah Ciamis," demikian keterangan lanjut Kadiv Humas Mabes
Polri .
Direktur Institute
for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones, mengatakan bahwa
strategi ini diambil karena jaringan teror menilai "terlalu
berbahaya bagi mereka untuk bergerak sebagai satu organisasi besar".
Terkait
serangan terhadap pos polisi di Cikokol, pengamat bidang terorisme
ini mengatakan, "Harus digarisbawahi, terlalu dini untuk
diketahui pelaku, apakah sebagian dari kelompok atau bergerak atas
inisiatif sendiri."
Dia
menilai bahwa sampai sekarang, serangan tipe lone wolf atau
pelaku tunggal masih tetap jarang terjadi di Indonesia.Tipe lone
wolf bukan apakah satu orang menjadi pelakunya, tetapi apakah
dia melakukan aksi itu atas inisiatif sendiri atau sebagai anggota
dari kelompok yang merencanakan serangan tersebut.Pelaku mungkin
ikut kelompok pro-ISIS di Ciamis, dan kalau benar, ada kemungkinan
hal ini bukanlah lone wolf. Afiliasi pelaku sebelumnya, apakah
dia pernah mengikuti berbagai pengajian radikal, atau pernah
menjadi anggota JAT (Jamaah Ansharut Tauhid) atau pernah
bekerjasama dengan orang lain dari Ciamis yang sudah ke Suriah, itu
semuanya harus dianalisa lebih lanjut."
Senada
dengan Sidney , Pengamat terorisme Taufik Andrie
menyatakan pola eksekusi seorang diri ini membuat serangan
berikutnya susah dideteksi dan membuat kepolisian serta intelijen
seolah lambat mengantisipasi aksi teror.
"Memang
ada serangkaian penangkapan dari kasus-kasus sebelumnya, tapi bisa
jadi kelompok yang muncul ini adalah sel-sel baru yang tidak terkait
dengan yang kemarin baru tertangkap, sehingga kemunculan sel-sel atau
jaringan baru ini yang lambat diantisipasi. Apalagi kemudian
pola-polanya berubah, misalnya ini ada kecenderungan lone
wolf atau sendirian," ujar Taufik Andrie.
Taufik
Andrie melihat bahwa target kelompok terorisme dalam tiga
tahun terakhir adalah aparat hukum. “Pertama, asumsi polisi
adalah kafir thagut, aparat hukum yang melindungi dan melaksanakan
hukum di luar hukum Islam. Kedua, polisi banyak menangkapi
teman-teman mereka, menembak teman-teman mereka. Jadi ada unsur balas
dendam juga,” demikian penjelasan akhir Taufik Andrie.
Beberapa
serangan terorisme yang terjadi sepanjang tahun ini, seperti bom
Thamrin pada Januari lalu serta bom bunuh diri di Mapolresta Solo,
semuanya menyerang polisi.