![]() |
Ilustrasi |
Bunuh diri adalah salah satu kasus serius yang sering terlupakan. Entah karena dianggap sebagai sesuatu yang terlalu ekstrem, atau karena tak banyak orang yang mengenal seseorang yang melakukan bunuh diri. Padahal, angka bunuh diri di Indonesia tak bisa dibilang sepele.
Sering kali, seseorang yang memiliki niatan
bunuh diri sudah menunjukkan beberapa tanda dan gejala yang bisa diamati oleh
orang-orang terdekatnya. Sayangnya, banyak orang mengabaikan hal ini dengan
alasan ‘mungkin hanya galau sementara
saja’, atau meremehkan dengan pikiran ‘tak
mungkin dia bunuh diri’, hingga akhirnya semua terlambat.
Kondisi ini diperparah dengan anggapan
masyarakat di Indonesia yang menganggap depresi adalah hal yang normal, dan
dianggap sama saja seperti stres biasa. Padahal, tak hanya stres yang bersifat
sementara dan tak terlalu serius, depresi sudah dikategorikan sebagai gangguan
kesehatan mental, dan jika dibiarkan tak jarang berujung pada percobaan bunuh
diri.
Sebenarnya kita sebagai masyarakat tidaklah
terlalu sulit untuk mengetahui atau mendeteksi orang yang memang beresiko
tinggi untuk melakukan tindakan bunuh diri. Hal itu dapat diatasi dengan rasa
peka terhadap orang yang tampaknya ingin melakukan hal buruk tersebut. Dengan
mengetahui keinginan orang ingin bunuh diri, maka mudah-mudahan aksi bunuh diri
seperti itu tidak terjadi.
Menurut WHO dan para ahli kesehatan jiwa,
bahwa orang dengan gangguan jiwa berisiko tinggi melakukan upaya bunuh diri
hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan orang biasa (dalam kondisi normal).
Bunuh diri dapat dicegah, masyarakat perlu berupaya bertindak dan peka untuk
mencegah segala aksi bunuh diri, terutama tugas ini ada pada keluarga dan saudara
kerabatnya. Kemudian juga lapisan masyarakat lainnya, hingga pemerintah juga
perlu mengeluarkan kebijakan untuk dapat mencegah hal seperti ini.
Cara
mencegah keinginan orang bunuh diri
1.
Jadilah rekan bicara yang baik
Ketika seseorang sedang berada pada masa
sulit, maka disinilah kita untuk memberikan perhatian kepadanya, dengan menjadi
rekan bicara yang baik untuknya. Anda dapat bertanya tenang kondisi
perasaannya, kemudian dengarkan setiap perkataannya dengan baik dan sabar.
Seseorang yang menghadapi masa sulit dan berputus asa, maka akan merasa lebih
tenang dan bahagia ketika memperoleh rekan bicara yang peduli.
2. Jauhkan
barang-barang berbahaya
Untuk orang dekat, usahakan sebisa mungkin
menjauhkan benda-benda tajam di rumah dari jangkauannya, yang bisa digunakannya
untuk bunuh diri. Benda-benda yang perlu dijauhkan seperti pisau, silet,
gunting, garpu dan semacamnya. Demikian juga, sipan jauh-jauh obat-obatan dan
cairan yang mengandung racun.
3.
Selalu memberikan semangat
Jangan pernah lelah untuk memberikan semangat,
katakan hal-hal yang bagus dan memotivasi, berikan motivasi yang intinya bahwa
dirinya dapat dengan mudah mengatasi masalah yang dihadapi. Kalau bisa sekalian
memberikan solusi nyata atas masalah yang dihadapinya, maka ini sangat bagus untuk
mencegah orang bunuh diri. Tanamkan pada benaknya hal-hal yang positif,
sehingga dirinya dapat berubah menjadi seseorang yang dapat berpikir positif,
yang dapat menyembuhkan masalah depresi. Kemudian, hindari kata-kata yang
memicu perdebatan, yang justru membuat mentalnya lebih tertekan (down).
4. Ajak
dirinya bergerak
Masalah stres dan depresi yang dialami
seseorang dapat diminimalisir dengan melakukan aktivitas yang memicu semangat,
ajak dirinya berolahraga atau jalan-jalan ke taman bermain. Menurut penelitian
ahli psikologi, melakukan kegiatan fisik mampu untuk meredakan stres, serta
berolahraga (aktivitas fisik) dapat meningkatkan hormon yang membuat seseorang
merasa senang. Hal ini sangat baik untuk memperbaiki mood (suasana hati),
sehingga berguna untuk meminimalisir keinginannya untuk bunuh diri.
5.
Jangan membiarkannya menyendiri terlalu lama
Kondisi orang yang sedang berjiwa labil, stres
dan depresi, maka perlu butuh didampingi. Namun, mereka memang akan cenderung
menjauhkan diri dari lingkungan sosial. Untuk itu, saatnya kita mengambil peran
penting untuk mendekatkan diri kepadanya. Usahakan untuk selalu menemani dia
dalam menjalani aktivitasnya, sembari mengucapkan kata-kata yang baik dan
memotivasi. Selain itu, bisa juga mengajaknya bergabung ke sebuah komunitas
sosial, yayasan panti asuhan, tempat-tempat terkena bencana alam, melihat orang
sakit atau pergi ke rimah sakit, dan tempat-tempat lain yang membutuhkan
pertolongan sosial. Maka ajaklah dirinya kesana, guna meringankan penderitaan
orang-orang yang kurang beruntung, atau tertimpa bencana.
Menurut penelitian, bahwa seseorang yang
meluangkan waktu untuk menolong orang lain atau menjadi relawan, memiliki
kesehatan mental yang lebih baik dibandingkan orang normal yang tidak melakukan
kegiatan sosial seperti itu.
6.
Upaya pencegahan bunuh diri oleh pihak keluarga
Anggota keluarga perlu mengidentifikasi
tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh diri. Keluarga adalah orang
terdekat, maka dapat lebih mudah mengenali kecenderungan ke arah tersebut.
Tunjukkan sinyal positif bahwa keluarga sangat peduli dan ingin menolongnya.
Pihak keluarga, lebih baik membangun potensi
kelebihan yang dimilikinya, sehingga dia akan memiliki harapan dan keinginan
hidup yang lebih kuat. Hindari menyebutkan kekurangan-kekurangan dirinya, atau
kesalahannya yang mengakibatkan dirinya semakin putus asa. Hindari meninggalkan
seorang diri anggota keluarga yang mempunyai keinginan bunuh diri.
7.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru
Sekolah dan perguruan tinggi memainkan peranan
penting dalam mencegah perilaku yang merusak diri pada anak muda, Beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh guru atau pendidik:
Memberikan pendidikan keterampilan hidup,
dengan dikombinasikan latihan pemecahan masalah yang konkret, hal ini berguna
untuk membangun jiwa positif pada anak muda.
Pihak sekolah perlu melakukan strategi yang
baik dalam usaha membentuk karakter pelajar, sehingga pelajar tidak
terombang-ambing dalam masa "mencari identitas" dirinya.
Penganiayaan anak sering terjadi di sekolah,
terutama dari pelajar ke pelajar lainnya, hal ini perlu dipikirkan oleh pihak
sekolah untuk mengatsinya. Guru-gruru yang ada di sekolah hendaknya memiliki
peran sangat super aktif untuk mencegah terjadinya "bully" atau
perundungan di sekolah.
Sebagai guru, hendaknya memiliki skill mngajar
yang tinggi, Guru perlu berusaha memberikan keterampilan sosial dan
ketempailannya lainnya pada anak didiknya, sehingga anak dapat tumbuh dengan
memiliki skill, yang akan membangun rasa percaya dirinya.
8.
Jadilah seorang yang mau mendengarkan mereka
Perhatikan dengan baik setiap luapan emosi
atau perasaan yang mereka utarakan, seperti kepedihan hati maupun keputusasaan
dirinya. Hindari respon yang konyol seperti: “ah, itu perasaan kamu saja!”.
Mengatakan hal seperti itu, membuat dirinya menganggap Anda tidak memberikan
perhatian yang dibutuhkannya.
9. Jangan pernah mengabaikan kalimat seperti
“saya mau mati saja”, “lebih baik saya hilang dari dunia ini” dan semacamnya.
Bantulah dirinya untuk melihat sisi positif dalam dirinya, perubahan-perubahan
yang jauh lebih baik kedepannya. Hindari memberikan komentar yang
menyudutkanya, yang seolah dirinya-lah penyebab masalah.
10. Ingatkanlah dia apa yang akan terjadi pada
orang-orang yang mengasihinya, atau jelaskan bagaimana perasaan orang-orang
tedekatnya jika dirinya bunuh diri.
11. Penting untuk mencoba mendalami
perasaannya, katakanlah bahwa dirinya sangat berarti untuk Anda maupun orang
lain.