"Ambillah mobilnya, jangan ambil
nyawanya. Ini sudah diambil mobil dan uangnya, diambil mobilnya, dibunuh lagi
dengan 26 tusukan. Kejam kalilah itu, pasti orang yang pakai narkobanya itu,"demikian
ungkapan kesedihan Yorida Sihombing , istri dari David Julher Simanjuntak usia 46 tahun , seorang sopir grab car atau
ojek online yang tewas terbunuh dengan 26 luka tusukan.
Yorida mengaku tak memiliki firasat apa pun
sebelum suaminya berangkat kerja. Dia hanya mengaku gelisah ketika suaminya tak
kunjung pulang hingga pukul 12 malam hingga dia kemudian berinisiatif
menelepon.
"Jam 10 masih belum gelisah. Tapi sudah
hampir jam 12 ke atas aku enggak bisa tidur. Tidur sebentar bangun lagi. Baru
jam 3 datang 5 orang polisi datang ke rumah katakan suami saya jadi korban. Di
situ saya langsung shock," ungkap Yorida Sihombing .
Korban mengendarai Avanza putih dengan nomor
polisi BK 1281 BP. Korban menerima orderan terakhir dari calon penumpang yang berada
di Jalan Sutomo menuju Jalan Wahidin, Medan. David Julher Simanjuntak ditemukan
tewas di sebuah parit di Jalan Sempurna. Kondisi korban saat dilakukan autopsi
sungguh tragis.Bagian tengkorak belakang pecah diduga akibat pukulan. Di
sekujur tangannya terdapat luka sayatan. Tepat di dada, terdapat luka tusukan
yang diduga penyebab kematian.
"Belum ada satu tahun dia itu jadi supir
Grab, dia narik pun pakai mobil mertuanya. Baru bulan Mei kemarin dia kredit
mobil Avanza nya itu, tapi sudah nahas seperti ini. Kejam kali, padahal orang
susah, karena enggak ada kerja lagi dia makanya narik Grab ini. Bukannya orang
kaya adikku itu. Kreditnya mobilnya itu. " sambil terisak, T Simanjuntak ,
kakak korban menjelaskan kepada media.
David meninggalkan istri, Yorida Sihombing,
dan dua anak perempuan, Dita Simanjuntak, kelas 2 SMA, dan Michel Simanjuntak,
kelas 4 SD.
Tepat sehari sebelumnya , peristiwa serupa pun
terjadi, seorang driver ojek online grab bike Ridwan Limbong, yang masih
berusia 34 tahun, warga Desa Helvetia, Kecamatan Helvetia, tewas ditikam empat
orang begal tepat di Jalan Bundaran Pardede Juanda Medan sekitar pukul 04.00
WIB, Sabtu 23 September 2017.
Peristiwa itu terjadi ketika korban tengah
mengantar penumpang melintasi Jalan Bundaran Pardede Juanda Medan dengan
menggunakan kendaraan roda dua motor Honda Vario warna hitam bernopol BK 2132
AHC. Saat melintas, tiba-tiba motor korban diberhentikan secara paksa oleh
empat orang pengendara motor lain. Korban pun, berusaha lari sambil berteriak,
Rampok…Rampok….Rampok….!
Teriakan korban, sempat mengundang perhatian
Security penjaga Singapore Scool, Yoki dan Irwansyah Putra , keduanya adalah
satpam BNI. Kedua satpam ini pun datang kelokasi dan melihat korban sudah
tersungkur bersimbah darah.
Satu pelaku dari komplotan begal bernama
Mailando Dewantoro berhasil ditangkap kedua satpam BNI Juanda Medan .
Sementara, pelaku lainnya berhasil melarikan diri.
Korban yang tergeletak, langsung dievakuasi ke
RSU dr. Boloni di Jalan Moginsidi dengan menggunakan becak bermotor ( bentor) .
Karena lukanya parah korban dirujuk ke RS. Bhayangkara. Namun, korban meninggal
dunia karena kehabisan darah.
Menurut keterangan Kapolsek Medan Baru, Kompol
Hendra Eko Triyulianto mengatakan, luka korban cukup parah diantaranya, luka
tusuk di dada sebelah kiri sedalam 1,5 cm, luka tusuk di paha kiri sedalam 2 cm
dan luka tusuk di paha tengah sedalam 1 cm.
“Ada luka lebam juga dibagian hidung dan
tangan bawah sebelah kanan. Korban keburu meninggal karena kehabisan darah,”
demikian keterngan Kompol Hendra Eko Triyulianto.
“ Keduanya tewas saat tengah mencari nafkah
untuk anak dan istri di rumah.Kalau sudah terjadi, maka kami dari Sat Reskrim
berupaya keras untuk mengungkap," demikian tegas Kasat Reskrim Polrestabes
Medan, AKBP Febriansyah.