“Untuk apa belajar mengemudi? Masak mengemudi
saja harus belajar? “
Kalimat di atas diungkapkan seorang pejabat publik yg
terhormat berpangkat tatkala mengomentari saat diusulkan membangun safety
driving centre beberapa tahun yang lalu. Bisa dibayangkan betapa sulit dan
betapa berat tantangan membangun keselamatan. Apa kata sang pejabat tadi
merefleksikan ungkapan political will untuk meningkatkan kualitas keselamatan
yang setengah hati.
Mengemudi bukan saja keterampilan namun juga
pengetahuan, kepekaan kepedulian akan keselamatan bagi dirinya dan orang lain.
Permasalahan hukum, administrasi dan saling mencurigai saling berebut antar
pemangku kepentingan memperkeruh pembangunan safety driving center. Dari
petugas pelaksana sampai dengan yang sedang berkuasapun penuh curiga dengan
berbagai prasangka. Bagian auditing, pemeriksa berdatangan penuh curiga. Semua
seakan ingin memangsa dan menunjukkan tidak perlu safety, yang penting perintah
pimpinan dijalankan. Saat orang sudah mulai belajar tiba-tiba perintah segera
bubar. Yang melatih berteriak : " pak ini bukan lapak judi".
Apa boleh buat perintah tetap perintah. Siap
gerak bubar gerak. Belum lagi keluarga-keluarga penguasa semua merasa bisa dan
ingin mengambil alih. Orang-orang pelaksana yang bermental babu dan bekerja
sebagai cantrik terus saja menggerogoti, yang penting cara lama bisa
dipertahankan. Mereka tanpa malu dan tanpa ragu mengatakan “ ndoro can do no
wrong” walau mati orang celaka di jalan semakin banyak.
Jatuh bangun membangun safety driving memang
antara mimpi yang selalu terputus di tengah jalan. Itulah sekilas ceritera
perjalanan membangun safety driving center. Semua merasa sudah cukup dengan
kondisi sekarang. Semua merasa bisa dan
lagi-lagi berebut pupus lagi sebelum berkembang.
Masa lalu menjadi kenangan dan pengalaman,
tetapi semangat menatap masa depan demi keselamatan.
Safety driving center
merupakan suatu amanat UULLAJ maupun amanat PBB yg jug menjadi wadah untuk
membantu pemerintah dalam rangka:
1. Membangun wadah keselamatan untk
meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas korban
kecelakaan.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban para
pemangku kepentingan untk membangun budaya tertib berlalu lintas.
3. Sebagai standar safety bagi pengelola
sekolah mengemudi dan sebagai standar kompetensi bagi instrukturnya serta
kurikulum pengajaranya.
4. Memberikan standar kompetensi petugas di
bidang pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli di jalan raya maupun bagi
pengaman VVIP dan VIP
5. Memberikan standar kualifikasi kompetensi
bagi pemguji SIM
6. Memberikan standar kualitas bagi pengemudi2
profesi.
7. Memberikan standar dan kualitas bagi calon
pengemudi.
8. Sbg wadah mengkaji atau meriset kecelakaan
kecelakaan lalulintas yang terjadi.
9. Menjadi sebuah sistem yang terintegrasi
dengan sistem aplikasi catatan perilaku berlalu lintas dan sistem perpanjangan
sim (de merit point system) dan untuk electronic law enforcement.
Poin poin
di atas merupakan bagian yang terhubung secara elektronik yang akan
dikerjakan oleh para petugas cyber cops maupun petugas petugas praktek di
lapangan. Apa yang menjadi tujuan dibangunnya safety driving center ini
memerlukan adanya :
1. Political will yang kuat dan memihak
keselamatan adalah pertama dan utama
2. Di dukung tim transformasi, sebagai penjamin
kualitas mutu kinerja dan sebagai back up system
3. Perlu adanya sistem sistem yang harus
dibangun sebagai berikut :
a.
Lapangan untk latihan dan ujian ( jalan lurus, jalan menyempit, kepatuhan thd
rambu2 lalin,
jalan zig zag, jalan menanjak dan menurun, parkir, perilaku di
perempatan, jalan licin untk
menghadapi kendaraan selip, pengereman dan reaksi
darurat,
b. Sistem sistem tadi di bangun dalam kaitan
aplikasi2 sistem data dan hasil belajar yang fair dan
bisa terkoneksi dengan sistem
data sim,
c. Record sistem para calon pengemudi maupun
pengemudi,
d. Tempat tempat ujian baik teori, simulator maupun praktek.
4. Mendidik master trainer dan trainer untk
mengawaki lembaga tersebut sebagai tenaga ahli di
bidang safety driving/
riding.
5. Membangun wadah konsorsium dari berbagai
pemangku kepentingan untuk mencegah saling
curiga dan saling menyalahkan atau
ada kelompok kelompok yang ingin menggagalkan. Dari
konsorsium inilah yang akan
memanage secara profesional untuk dapat berlangsungnya safety
driving center
ini.
6. Membuat design model implementasi untk
lahan 1 hektar, 2 hektar, 3 hektar, 5 hektar dan 10
hektar. Model model ini
akan mjd standar bagi sekolah2 mengemudi yang dimiliki swasta.
7. Membuat uji coba dan pilot project tingkat
tingkat regional sampai dengan nasional. Dievaluasi
dan dimonitor
perkembanganya. Sehingga akan dapat ditumbuhkembangkan terus dalam berbagai
tempat sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Langkah langkah di atas memerlukan komitment dan integritas
para pemimpin di semua level. Tatkala
keselamatan berlalu lintas ini hanya semata mata pada sistem penerbitan sim,
maka kualitas keselamatan dan budaya tertib lalu lintas tidak akan terwujud.
Demikian halnya tatkala SIM masih sarat dengan
penyimpangan maka safety driving center dapat dipastikan tidak akan berhasil.
Lagi-lagi keseriusan dan kegigihan pejuang-pejuang keselamatan ini akan menjadi
pilarnya. Political will bukan lagi lips service dan kepentingan seremonial
atau supervisial semata, melainkan tanggung jawab secara administrasi,
fungsional, hukum bahkan moram untk menyelamatkan banyak orang.