Bagi seorang Ibu , kepergian anak dengan cara dianiaya tentu
memberikan luka tersendiri. Meski kejadian yang mengakibatkan meninggalnya sang
putra akibat duel tawuran gladiator adalah tahun 2015 lalu , namun Maria Agnes
sang bunda kembali membuka kenangan pilu dengan emnuliskan sebuah surat terbuka
kepada Presiden Joko Widodo.
Maria Agnes mengatakan peristiwa nahas itu terjadi saat
putranya pulang sekolah. Pada awalnya ia sudah akan pulang, namun ia malah
diajak ke pertandingan baseket oleh temannya. Belakangan diketahui jika
Christian ternyata bukan diajak ke pertandingan basket melainkan ajang
gladiator. Hal tersebutlah yang akhirnya menghilangkan nyawanya.
Berikut ini isi dari curhatan Maria yang diunggah di akun Facebooknya :
Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo yang saya hormati, salam sejahtera buat Bapak sekeluarga dan seluruh rakyat Indonesia.
Berikut ini isi dari curhatan Maria yang diunggah di akun Facebooknya :
Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo yang saya hormati, salam sejahtera buat Bapak sekeluarga dan seluruh rakyat Indonesia.
Bapak, saya adalah seorang ibu biasa dari Kota Bogor yang
biasa Bapak kunjungi. Saya tinggal di dekat istana Batutulis Bogor.
Bapak, ijinkan saya mengadu dan bicara apa adanya tentang
kekerasan yang merenggut nyawa anak saya, Hilarius Christian Event Raharjo.
Siswa kelas 10 di SMU Budi Mulia Bogor, di jalab Kapten Muslihat, lingkungan
Gereja Katedral Bogor.
Dan siswa yang membunuh anak saya adalah siswa SMU Mardi
Yuana, di Jl. Sukasari Bogor, lingkungan Gereja Katolik Santi Fransiskus Asisi.
Hari demi hari adalah siksaan bagi saya yang menginginkan
keadilan untuk penghilangan nyawa anak saya Pak Presiden. Iya, Pak. Saya
terhalang oleh hati saya yang tersiksa, oleh syarat autopsi.
Bukankah saya berhak untuk menolak autopsi? Tapi saya
inginkan supaya semua pelakunya dihukum. Karena ada 50 orang lebih yang
menonton anak saya disiksa sampai sakaratul maut, yang divideokan oleh
siswa-siswa sekolah Katolik tersebut.
Kenapa anak saya setelah meninggal harus disiksa lagi Pak
Presiden? Hilarius diadu seperti binatang, di arena yang penuh sorak sorai anak
MY dan BM.
Meninggal seketika karena dalam kondisi jatuh ditarik
kakinya, diinjak ulu hatinya, jantungnya diinjak, mata memutih. Hila berusaha
bangun, dan saat sakaratul maut datang ia kejang-kejang. Dipukul di bagian
kepala 6 kali pukulan.
Hila meninggal di TKP, di lapangan SMUN 7 Indraprasta Bogor.
Atas suruhan promotor dari MY, DO-an untuk pukul Hila yang belum KO katanya.
Saat Hila ingin mundur karena tidak mau berkelahi,
pinggangnya ditendang oleh ketua OSIS Budi Mulya yang saat itu menjabat. Hingga
Hila meninggal dalam hitungan menit.
Dan mereka pelakunya ini tidak dihukum, Pak. Hanya yang saat
itu sedang berkelahi saja yang dikeluarkan dari sekolah. Sementara
promotoracara BOM BOM dari DO-an Budi Mulya masih bebas berkeliaran, tidak ada
tanggung jawab secara moral. Hanya uang pemakaman saja.
Bapak Presiden, saya mohon, Pak. Supaya ada penyempurnaan
peraturan hukum, untuk kekerasan yang mengakibatkan tunas bangsa harapan negara
dan orangtuanya tiada. Nyawanya dihilangkan tanpa belas kasihan.
Meski pembunuhnya masih di bawah umur, namun akibatnya tetap
sama. Melenyapkan nyawa orang lain. Saya sedih dan hancur Bapak Presiden, mohon
Bapak membantu saya untuk memberikan keadilan."
Curhat seorang ibu tentang anaknya yang tewas dalam tawuran
ala gladiator di Bogor viral di media sosial. Wali kota Bogor, Bima Arya
menyebut kasus itu sudah selesai secara kekeluargaan. "Tadi saya cek ke
dinas pendidikan, ternyata itu kejadian yang tahun 2015. Kejadian tersebut
diselesaikan secara kekeluargaan karena pihak keluarga korban tidak bersedia
almarhum diautopsi," demikian dijelaskan Walikota Bogor , Bima Arya.
Dari hasil pengecekan di Dinas Pendidikan Kota Bogor, Bima
Arya menyebut peristiwa itu terjadi pada 2015 silam. Saat itu, sang ibu tidak
langsung tahu tentang kejadian yang mengakibatkan anaknya tewas. "Kalau
tidak salah, saat itu ibu korban tidak diberi tahu tentang kejadian itu oleh
suaminya karena sedang sakit," ungkap Walikota Bogor
Disdik Kota Bogor sendiri baru mengetahui kejadian tersebut
beberapa hari setelahnya. Keluarga dari siswa SMA yang terlibat kemudian
meneken perjanjian. "Disdik
mengetahui kejadian itu setelah beberapa hari setelah kejadian, pihak sekolah
dan keluarga tidak menyampaikan laporan tentang kejadian itu," demikian
dijelaskan Walikota Bogor, Bima Arya .
Sementara Pihak Kepolisian akan mengusut kembali kasus
tawuran ala gladiator yang menewaskan siswa bernama Hilarius Christian Event
Raharjo.
"Tetap kita akan tidak lanjuti koordinasi dengan Satuan
Reskrim Polresta Bogor," kata Kapolsek Bogor Utara, Kompol Wawan pada hari
yang sama , Kamis 14 September 2017 .
Peristiwa tawuran ala gladiator itu terjadi pada tahun 2015.
Kompol Wawan menegaskan tak ada istilah kadaluarsa dalam penanganan sebuah
perkara. Namun dia tetap meminta dukungan dari semua pihak. "Akan dibuka
lagi kasusnya, tidak ada istilah kadarluarsa cuma kita memang perlu bantuan
seluruh pihak," demikian diungkapkan Kompol Wawan .
Seluruh pihak yang dimaksud Pihak Kepolisian adalah mulai
dari sekolah, para orang tua dan seluruh orang yang terlibat tawuran ala
gladiator itu. Termasuk juga para penonton atau pun yang mengetahui soal duel
ala gladiator tersebut.
Pihak Kepolisian
berharap pihak-pihak yang dipanggil bisa memberikan informasi yang
jelas.