Penyebab munculnya baby blues selain perubahan hormon pasca
melahirkan adalah kondisi psikologis ibu baru, misalnya ada rasa kecewa, rasa
bersalah atas proses persalinan yang baru saja dilewati, mengalami kesulitan
menyusui, khawatir dirinya tak bisa menjadi ibu yang baik bagi bayi, kelelahan
kewalahan berperan sebagai ibu baru.
Baby blues bisa dikatakan ringan jika berlangsung kurang
lebih 2-3 minggu pasca persalinan. Jika tak tertangani dengan baik dan sampai
tuntas, ada kemungkinan ibu mengalami depresi pasca persalinan dan sebaiknya
segera mencari bantuan profesional agar bisa segera diatasi.
Agar tidak berujung menjadi depresi, sebaiknya dilakukan
upaya penanganan segera. Berikut di antaranya:
Dukungan Orang
Terdekat
Dukungan suami, orangtua, mertua sangat dibutuhkan. Dalam
hal ini, penting sekali peran serta orang-orang terdekat untuk membantu
meringankan tugas ibu mengasuh/merawat sang bayi dengan cara bagi-bagi tugas.
Dengan begitu, beban yang dipikul jadi jauh lebih ringan. Selama 2 minggu
pascamelahirkan, suami sebaiknya mendampingi istri tercinta. Mengapa? Karena di
masa ini ibu tengah beradaptasi dengan bayi dan segala permasalahannya. Bila
masa ini terlewati dengan baik biasanya kendala pengasuhan dan perawatan bayi
bisa teratasi. Yang tak kalah penting, suami seharusnya mengerti kondisi istri
setelah melahirkan. Suami harus lebih sabar dan mengerti jika istrinya jadi
uring-uringan. Cobalah pahami masalah yang dihadapi dan bantulah mencari jalan
keluar dari masalah tersebut.
Berbicara Pada
Orang-Orang yang Dipercaya
Berbagi masalah dengan orang-orang yang dipercaya seperti
teman, saudara, orangtua, atau sesama ibu yang pernah mengalami hal serupa
tentu bisa membantu. Ya, Anda dapat mencari support group sehingga tak merasa
sendirian. Ibu bisa bertukar pikiran mengenai cara-cara mengatasi keluhan
psikis yang dialami. Meski Anda sudah banyak membaca literatur tentang cara
mengatasi sindrom tersebut, adakalanya teori yang didapat berbeda dari
kenyataan masalah yang dihadapi.
Menuliskan
Perasaan di Jurnal
Selain berbagi atau curhat dengan orang terdekat atau yang
dipercaya, ibu juga dapat menuliskan perasaan di jurnal.Bukan sosial media ya
...hehehehe tetapi di Jurnal atau Buku Harian.
Apa yang beban dalam pikiran tuangkan sehingga sedikit demi sedikit
terasa ringan. Pada orang tertentu, menumpahkan kendala yang sedang dihadapi
dalam bentuk tulisan, terasa sangat membantu.
Menghirup
Udara Segar dan Pola Makan Bergizi
Suasana bosan setiap hari di rumah dengan merawat sang
jabang bayi sesekali perlu diubah suasananya. Cobalah menghirup udara segar di
pagi hari, misalnya. Hal sederhana ini sudah bisa sangat membantu.
Jaga Pola
Makan Sehat Bergizi
Mengasuh dan merawat si Kecil bukan berarti Anda jadi lupa
dan melewatkan makan. Tetaplah untuk makan secara teratur sesuai jadwal.
Sesuaikan porsi dan tak lupa upayakan untuk mengonsumsi makanan bergizi. Dengan
begitu, kondisi tubuh itu tetap fit dan prima.
Melalukan
Meditasi dan Relaksasi
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah melakukan meditasi dan
relaksasi secara rutin. Diharapkan ibu akan merasakan ketenangan, tentram dan
damai meski dihadapkan dengan persoalan mengasuh si kecil yang notabene
dibilang merepotkan. Ibu justru jadi akan mudah menangani kendala pengasuhan si
Kecil.
Mencari
Bantuan untuk Mengurus Pekerjaan Rumah Tangga
Ada baiknya juga mencari asisten rumah tangga yang mengurus
urusan lain di rumah. Dengan begitu, ibu terfokus untuk merawat sang jabang
bayi. Tidak semua urusan rumah ibu harus selesaikan karena beban sudah terbagi.
Menurunkan
Standar
Ya, namanya juga ibu baru, pasti segala sesuatunya perlu
proses pembelajaran. Tidak tiba-tiba bisa terampil mengurus dan merawat bayi.
Meski ibu sudah berusaha semaksimal mungkin, wajar saja bila ada kekurangan di
sana-sini. Tak perlu berharap segala sesuatunya sempurna. Justru ini membuat
ibu jadi tertekan dan merasa terbebani.
Konsultasi
pada Profesional
Jika masih belum mendapat solusi yang memuaskan, pilihan
alternatifnya adalah konsultasi pada yang ahli, misalnya psikolog yang dapat
membantu mencarikan jalan keluar dari masalah seputar pascapersalinan.
Berkonsultasi dengan pakar membuat ibu setidaknya berpikir bahwa persoalan yang
dihadapi bukanlah sesuatu yang "abnormal", melainkan wajar.
Cegah Baby
Blues
Nah, untuk mengantisipasi hal itu, yang terpenting adalah
persiapan jauh-jauh hari, termasuk di dalamnya persiapan mental, fisik, bahkan
finansial. Perbanyaklah pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, pengasuhan bayi dan sebagainya. Dengan begitu,
permasalahan kehamilan ataupun kendala setelah melahirkan setidaknya bisa
teratasi dengan baik.
Baby Blues Syndrome
(BBS) yang juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome (PDS).
Keduanya merupakan gangguan emosi ringan yang terjadi dalam kurun waktu 2
minggu setelah ibu melahirkan.
Data penelitian menunjukkan dua per tiga atau sekitar 50 -
75 persen wanita mengalami Baby Blues Syndrome. "Muncul perasaan gundah
gulana atau sedih yang dialami para ibu usai melahirkan. Terjadi pada 14 hari
setelah ia melahirkan dan cenderung memburuk pada hari ke 3 atau 4," tutur
Sherly Hidayat Putra, M.Psi, Psikolog Klinis dari Ukrida.
"BBS biasanya terjadi karena usai melahirkan kondisi Si
Ibu mengalami kelelahan dan dirinya bergejolak karena pengaruh hormon. Hal itu
juga berpengaruh ke emosi hingga perilakunya yang menjadi tidak sabar,"
tutur tambah Sherly.
Meski demikian, tak sedikit juga, kok, ibu yang tidak
mengalami BBS. "Mungkin karena kondisi Ibu lebih siap dan mengerti apa
yang bakal terjadi usai melahirkan sehingga pikirannya lebih tenang,"
tuturnya.Penyesuaian Diri Kendala yang umum memicu BBS di antaranya adalah
kesulitan menyesuaikan diri. "Dulu, kan, hidup hanya bersama pasangan,
sementara sekarang memiliki bayi. Akibatnya, banyak kegiatan yang harus berubah
karena menyesuaikan dengan bayi. Terutama, jam tidur. Setelah melahirkan, kan,
memang banyak hal yang harus dikerjakan dan disesuaikan dalam satu waktu,"
jelas Sherly yang juga dosen psikologi Ukrida ini.
Sesiap apapun seorang ibu, tambahnya, tetap saja ada rasa
tak siap. "Namun, justru dari ketidaksiapan tersebut, ibu akan belajar
menerima. Jika sudah bisa menerima, selanjutnya akan lebih baik sehingga bisa
merawat anak dengan tulus."
Mengurus bayi, memang tidak semudah yang dipikirkan. "Sehingga
ada perasaan bersalah pada diri sendiri atau merasa tidak dihargai atas apa
yang dilakukan," kata Sherly. Pada beberapa ibu, tambahnya, bahkan ada
yang merasa kelahiran Si Bayi membuat dirinya sakit. "Sehingga
mendatangkan perasaan sebal dan benci saat melihat anak."
Jika BBS yang terjadi melebihi batas normal alias lebih dari
2 minggu, sudah sepatutnya Sang Ibu berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya,
dikhawatirkan ibu mengalami Postpartum Depression (PPD). Perbedaan PPD dengan
BBS, terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya
gejala-gejala. "Pada PPD, gejala yang dirasakan itu akan terjadi lebih
sering, lebih hebat, serta lebih lama."
Gejala PPD ditunjukkan melalui perilaku cepat marah,
bingung, mudah panik, merasa putus asa, perubahan pola makan dan tidur, takut
bisa menyakiti bayinya, khawatir tidak bisa merawat bayi dengan baik, hingga
timbul perasaan tidak bisa menjadi ibu yang baik. "Bahkan PPD bisa berlangsung hingga 1 tahun .
Dibutuhkan peran serta keluarga dan lingkungan sekitar untuk
mewaspadai , menjaga dan sensitif terhadap perubahan perilaku emosional Ibu
hamil atau Ibu yang baru melahirkan . Jika ada yang hal hal mencurigakan ,
segera brikan saran agar ke dokter atau pusat kesehatan masyarakat terdekat
atau Polres terdekat untuk bertemu dengan Unite PPA yaitu Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak .Mari bantu Pemerintah dalam mewujudkan kehidupan masyarakat
yang bahagia dan sejahtera.
Sebarkan tulisan yang kami kutip dari Tabloid Nova ini jika bermanfaat
Salam 38 Setia
Setia Untuk Selamanya