Menjadi pemimpin di era digital bukan hal mudah, informasi yang ada bisa saling berbenturan bahkan kebijakanyapun bisa diadu domba satu sama lainya. Pencerahan hingga pemecah belah bisa dilakukan kapan saja di mana saja bahkan oleh siapa saja. Sang pemimpin tatkala ditanya mengapa bagaimana dan apa serta siapa yang berkaitan dengan sesuatu kejadian dapat dikategorikan sebagai informasi baru, atau stempel legitimasi saja. Media menjadi jembatan yang unik sekaligus rumit dari yang mempromosikan sampai dengan yang memprovokasi semua bisa diaduk di situ. Kecepatan menembus batas ruang dan waktu tak dapat dielakkan lagi.
Kecerdasan sang pemimpin dibutuhkan tatkala adukan-adukan informasi saling beradu dan saling tumpang tindih. Provokasi luar dalam bagai bara dalam sekam. Kekecewaan bahkan hujatan provokasi hadir dalam berbagi hembusan kebencian. Kecerdasan sang pemimpin di sini dibutuhkan melihat makna dibalik dari fenomena yang ada dan mampu melihat pendekatan apa yanh dilakukan bahkan dapat mengetahui model dari pemikiran dan strategi yang digunakan. Kecerdasan menetralisir hingga membuat counter issue menjadi pilar untuk menangkal serangan-serangan yang riil sampai dengan yang hoax. Kecerdasan sang pemimpun melihat mendengar hingga merasakan sesuatu dan mampu melihat apa yang mungkin terjadi sebagai prediksinya sehingga mampu pula membuat antisipasi dan berbagai solusinya.
Hakekat dari kecerdasan sang pemimpun ditunjukkan pada kebijakan-kebijakannya dlm mengambil keputusan. Selain itu juga pada human relationya. Sang pemimpin bukan hanya mampu memberdayakan dirinya namun juga memberdayakan sumber daya-daya lainya. Bahkan serangan-serangan pun di mata sang pemimpin cerdas menjadi sebuah kekuatan yang menjadi sumber daya pendukungnya. Pikiran perkataan hingga perbuatan menjadi suatu kesatuan dalam berbagai fenomena. Tatkala sang pemimpin mampu melihat makna dibalik gejala atau fakta atau fenomena maka sang pemimpin akan mampu melihat model dan berbagai pendekatanya. Dari situlah kebijakan-kebijakan yang diambilnya akan secara holistik dan komprehensif yang mampu memprediksi mengantisipasi serta memberi solusi.
(Brigjen.Pol. DR. Crisnanda Dwi Laksana)